Rabu, 11 Januari 2012

gondokusuman2




BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Dengan berkembangan peradaban manusia yang semakin maju, menuntut kreatifitas dan dinamika masyarakat yang semakin banyak beragam di dunia ini. Sehubungan dengan hal itu maka masyarakat menciptakan berbagai usaha, baik dalam bentuk jasa, produk barang ataupun dalam bentuk yang lain. Untuk menjaga kesejahteraan dan kehatan manusia, baik tenaga kerja maupun masyarakat disekitar tempat usaha/industri itu, maka sangat perlu dilakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kondisi lingkungan ditempat kegiatan tersebut.
Untuk menjawab peluang (permasalahan) tersebut, maka Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan mempelajari mata kuliah Sanitasi Lingkungan Kerja/Industri. Praktik Sanitasi Lingkungan Kerja/Industri merupakan ilmu terapan yang merupakan gabungan antara ilmu medis dan ilmu teknis. Materi kuliah yang dipraktikan meliputi : identifikasi faktor resiko lingkungan kerja, mendeteksi dampak faktor resiko terhadap kesehatan dan produktofitas kerja, toksikologi industri, mendeteksi penyakit akibat kerja, faal kerja, ergonomi, epidemiologi lingkungan kerja, audit K3 dan pemantauan penggunaan alat pelindung diri (APD).

B. TUJUAN
Tujuan dari praktik Sanitasi Lingkungan Kerja industri adalah mahasiswa diharapkan mampu :
1.    Mengidentifikasi faktor resiko lingkungan kerja.
2.    Mendeteksi dampak faktor resiko terhadap kesehatan dan produktifitas kerja.
3.    Mendeteksi penyakit akibat kerja.
4.    Mengukur faktor lingkungan fisik, yang meliputi : kebisingan, suhu, pencahayaan, kelembaban.
5.    Mengukur faktor lingkungan kimiawi, yang meliputi :debu, gas, smoke, uap, fog.
6.    Mengukur faktor lingkungan biologis, yang meliputi : virus, bakteri, parasit dan jamur.
7.    Mengukur faktor psikologis, yang meliputi : stress kerja dan kelelahan kerja.
8.    Mendeteksi faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja.
9.    Melakukan pemantauan kesehatan lingkungan industri.
10. Melakukan penilaian epidemiologis lingkungan kerja.
11. Melakukan audit K3.
12. Melakukan monitoring lingkungan kerja.
13. Melakukan monitoring penggunaan APD.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  TINJAUAN PUSTAKA
Dalam lingkungan kerja terdapat faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pekerja, diantaranya adalah :
1.     PENCAHAYAAN
            Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (Kepmenkes, 2002).
            Penerangan merupakan salah satu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja (Sutaryono, 2002).
            Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang memungkinkan tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan (Rasjid, dkk. 1989).

Siswanto (1993), dua sumber pencahayaan yaitu :
a.     Penerangan alami
Berasal dari penerangan alami berasal dari sinar alami pada waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam sehari, untuk mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak jendela dan lebar jendela.
Luas jendela untuk penerangan alami sekitar 20% luas lantai ruangan. Penerangan alami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan, dan luas jalan masuk penerangan alami.

b.    Penerangan buatan
Sumber penerangan buatan berasal dari lampu buatan seperti listrik, gas, atau minyak. Pencahayaan buatan dari suatu tempat kerja bertujuan menunjang dan melengkapi pencahayaan alami, sehingga tercipta suatu ruangan kerja yang menyenangkan dan terasa nyaman.
Suma`mur (1998), dalam penggunaan penerangan listrik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1)    Penerangan listrik harus cukup intensitasnya sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.
2)    Penerangan listrik tidak menimbulkan pertambahan suhu udara di tempat kerja yang berlebihan.
3)    Jika hal itu terjadi, maka diusahakan suhu dapat turun, misalnya dengan pemasangan ventilasi dan kipas angin.
4)     Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang tepat, menyebar, merata, tidak berkedip-kedip, tidak menyilaukan, serta tidak menimbulkan bayangan mengganggu.
Persyaratan Penerangan
Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing-masing tempat kerja ditentukan dari jenis dan sifat pekerjaan.
a.     Semakin tinggi tingkat ketelitian suatu pekerjaan, maka akan semakin besar kebutuhan intensitas penerangan yang diperlukan.
b.     Semakin rendah tingkat ketelitian suatu pekerjaan, maka akan semakin kecil kebutuhan intensitas penerangan yang diperlukan.
Standar penerangan perindustrian di Indonesia PERMEN PERBURUHAN NO. 7/1964/Psl. 14 :
a.     Kadar penerangan diukur dengan alat-alat pengukur cahaya yang baik setinggi tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut untuk penerangan umum (± 1 meter).
b.    Penerangan darurat harus mempunyai kekuatan paling sedikit 5 lux (0.5 ft candles).
c.    Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan perusahaan harus paling sedikit mempunyai kekuatan 20 lux (2 ft. candles).
d.    Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan barang-barang kasar seperti :
1).  Mengerjakan bahan-bahan yang besar
2).  Mengerjakan arang atau batu
3).  Menyisihkan barang-barang yang besar
4).  Mengerjakan bahan tanah atau batu
           e. Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai.
f. Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar harus paling sedikit mempunyai kekuatan 50 lux (5 ft. candles).
Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas lalu seperti :
a.     Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai (semi finished)
b.    Pemasangan yang kasar
c.    Penggilingan padi
d.    Pengupasan / pengambilan dan penyisihan bahan kapas
e.    Mengerjakan bahan-bahan pertanian lain yang kira-kira setingkat dengan d (Pengupasan / pengambilan dan penyisihan bahan kapas).
f.     Kamar mesin dan uap
g.    Alat pengangkut orang dan barang
h.    Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal
i.      Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil
j.      Kakus, tempat mandi dan tempat kencing harus paling sedikit mempunyai kekuatan 100 lux (10 ft. candles)
Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil yang agak teliti seperti :
a.    Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak besar)
b.    Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar
c.    Pemeriksaan atau percobaan kasar  terhadap barang-barang
d.    Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda
e.    Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam kaleng
f.     Pembungkusan daging
g.    Mengerjakan kayu
h.    Melapis perabot harus paling sedikit mempunyai kekuatan 200lux (20 ft. candles)
Penerangan yang cukup untuk pekerjaan pembedaan yang teliti daripada barang-barang kecil dan halus seperti :
a.     Pekerjaan mesin yang teliti
b.    Pemeriksaan yang teliti
c.    Percobaan-percobaan yang teliti dan halus
d.    Pembuatan tepung
e.    Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol berwarna muda
f.     Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat harus paling sedikit mempunyai kekuatan 300 lux (30 ft. candles).
Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan kontras yang sedang dan dalam waktu yang lama seperti :
a.     Pemasangan yang halus
b.    Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus
c.    Pemeriksaan yang halus
d.    Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca
e.    Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran)
f.     Menjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua
g.    Akuntan, pemegang buku, mengetik atau pekerjaan kantor yang lama dan teliti harus mempunyai kekuatan antara 500 sampai 1000 lux (50 sampai 100 ft. candles).
Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-barang yang sangat halus dengan kontras yang sempat kurang untuk waktu yang lama seperti :
a.     Pemasangan yang ekstra halus (arloji dan lain-lain)
b.    Pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat)
c.    Percobaan alat-alat yang ekstra halus
d.    Tukang mas intan
e.    Penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakau
f.     Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam pencetakan harus mempunyai kekuatan paling sedikit 1000lux (100 ft. candles).
Pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan kerja :
a.     Pada umumnya pekerjaan memerlukan penerangan.
b.    Penerangan yang baik dapat memberikan keuntungan pada tenaga kerja, yaitu peningkatan produksi, memperbesar kesempatan dengan hasil kualitas yang meningkat, menurunkan tingkat kecelakaan, memudahkan pengamatan dan pengawasan, mengurangi ketegangan mata, dan mengurangi terjadinya kerusakan barang-barang yang dikerjakan.
c.    Penerangan yang buruk dapat berakibat kelelahan mata, memperpanjang waktu kerja, keluhan pegan di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan indra mata dan kelelahan mental.
d.    Timbulnya kelelahan mata mengakibatkan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, menimbulkan kelelahan kerja serta meningkatkan kecelakaan kerja (Wardhani dkk., 2004).

Pengukuran Penerangan
Budiono (2003), pengukuran intensitas penerangan dilakukan dengan menggunakan alat Lux Meter atau Light Meter. Alat ini bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi energi listrik oleh photo electric cell.


Intensitas penerangan diukur dengan dua cara, yaitu :
a.     Penerangan umum, diukur setiap meter persegi luas lantai, dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85cm dari lantai.
b.    Penerangan lokal, diukur di tempat atau meja kerja pada objek yang dilihat oleh tenaga kerja. Intensitas penerangan dinyatakan dalam Lux.
Cara Pengendalian Penerangan :
Pengendalian penerangan tergantung dari kondisi yang ada, tetapi secara umum pengendalian yang dipilih adalah yang paling efektif, secara garis besar langkah-langkah pengendalian masalah penerangan di tempat kerja, yaitu :
a.     Modifikasi sistem penerangan yang sudah ada :
1)    Menaikkan atau menurunkan letak lampu didasarkan pada objek kerja.
2)    Merubah posisi lampu.
3)    Menambah atau mengurangi jumlah lampu.
4)    Menurut Savitri (2010), jumlah lampu yang dibutuhkan adalah Intensitas penerangan yang dibutuhkan X Luas ruangan
(Jumlah lampu yang ada X lumen) X CU X LLF.
Keterangan :
CU = Coefisien of utilization (0,6)
LLF =Light loss factor (0,8)
5)     Mengganti jenis lampu yang lebih sesuai.
6)    Mengganti tudung lampu.
7)    Mengganti tudung lampu yang digunakan.

b.     Modifikasi pekerjaan :
1)    Membawa pekerjaan lebih dekat ke mata, sehingga objek dapat dilihat dengan jelas.
2)    Merubah posisi kerja untuk menghindari bayang-bayang, pantulan, sumber kesilauan dan kerusakan penglihatan.
3)    Pemeliharaan dan pembersihan lampu.
c.     Penyediaan penerangan lokal (Anonim, 2007)













2.     KEBISINGAN
Notoatmojo (2003), bunyi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bunyi yang ada di tempat kerja.
Bunyi yang tidak diinginkan atau dikehendaki disebut dengan bising atau kebisingan.
Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni :
a.     Frekuensi
Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut Herth (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya.
b.     Intensitas
Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel (dB).
Tabel 1.  Intensitas kebisingan di ruang kerja
No.
Tingkat Kebisingan (dBA)
Pemaparan Harian
1.
                  85
                   8 jam
2.
                  88
                   4 jam
3.
                  91
                   2 jam
4.
                  94
                   1 jam
5.
                  97
                 30 menit
6
                100
                 15 menit
Sumber : KepMenKes No.405/Menkes/SK/XI/2002

Kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja.
Gangguan konsentrasi yang dialami oleh tenaga kerja menimbulkan pengaruh pada kegiatan produksi yaitu, pekerja cenderung akan berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktifitas kerja.
















3.    SUHU DAN KELEMBABAN
Suhu adalah besaran yang menyatakan panas atau dinginnya benda/zat (Prasetyo, 1991).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja industri mengenai
a.     Suhu udara tinggi akan mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot.
b.    Suhu udara yang panas dapat menurunkan prestasi kerja fikir.
c.    Penurunan kerja fikir terjadi sesudah 32ºC. Suhu lingkungan yang selalu tinggi menyebabkan meningkatnya beban psikis (stress) sehingga akhirnya menurunkan konsentasi dan presepsi kontrol terhadap lingkungan kerja yang selanjutnya menurunkan prestasi kerja.
d.    Suhu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan terjadinya risiko kecelakaan dan kesehatan kerja (Silastuti, 2006).
e.    Semakin rendah suhu, umumnya akan menaikkan nilai kelambaban dan semakin tinggi suhu, maka nilai kelembaban makin rendah (Riawan, 2007).
f.     Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara. Kelembaban ini sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udaranya (Kuswardoyo, 1996).
g.    Udara sangat panas dan kelembaban rendah akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran (karena sistem penguapan).
h.    Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan.
i.      Tindakan pencegahan terhadap panas dapat dilakukan dengan minum air sebanyak 0,5 liter air atau lebih tiap jam sehingga unsur pendingin dalam tubuh dapat terpenuhi dan penambahan larutan elektrolit pada air minum.
j.      Upaya yang dapat dilalukan untuk mengatasi suhu tinggi dan kelembaban rendah adalah dengan menambah exhaust fan pada ruangan.
k.    Exhaust fan berdiameter 8 inci untuk ruang 4 m², 10 inci untuk ruang 8 m², dan 12 inci untuk ruang hingga 12 m² (Dinoyudha, 2009).
l.      Untuk menambah blower dalam ruangan yang luasnya 7,5 m² diperlukan blower dengan ukuran 30 inci, luas ruang 13 m²  diperlukan blower dengan ukuran 42 inci ,dan luas ruang 33 m² diperlukan blower dengan ukuran 52 inci (Tribun, 2010).
m.  Menurut Prarismawan (2008), selain dengan menggunakan Exhaust fan adalah dengan memasang Air Conditioner  (AC).
n.    Apabila ruangan akan dipasang AC maka ventilasi yang ada harus ditutup. Pemasangan AC juga melihat dari luas.

B.   ALAT
1.    Sound Level Meter (SLM) digunakan untuk mengukur kebisingan
2.    Termohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban
3.    Luxmeter untuk mengukur pencahayaan tempat kerja
4.    Stopwacth
5.    Alat tulis
6.    Papan

C.   BAHAN
1.    Kertas HVS
2.    Formulir observasi dan kuisioner

D.   PROSEDUR KERJA
1.    Pengukuran kebisingan
a.  Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari dinding pemantul 2 – 3 meter.
b.  Meletakkan atau memegang Sound Level Meter pada ketinggian 1,00 – 1,20 meter.
c.   Mengarahkan mikrofon ke sumber suara.
d.  Menghidupkan SLM dengan menggeser tombol swicht On/Of.
e.  Menyetel respon F (fast) Dan filter A pada intensitas yang kontinue atau slow pada intensitas impulsive.
f.    Menggeser range suara, sesuai dengan intensitas bunyi lingkungan.
g.  Mencatat angka yang muncul pada display setiap 5 detik pada form Bis 1.
h.  Melakukan  pengukuran selama 10 menit.
i.    Mengelompokkan  hasil pengukuran dengan Formulir Bis  2.
j.    Menghitung tingkat kebisingan dengan rumus sebagai berikut :
                                P1    
            L  = X + ( ----------- ) C
                                                                P1 + P2
Keterangan :
L            : Tingkat Kebisingan
X            : Batas bawah kelas yang mengandung modus
P1         :Beda frekuensi klas modus dengan klas dibawahnya
P2            : Beda frekuensi klas modus dengan klas di         atasnya
C           : Lebar Klas

2.    Pengukuran suhu dan kelembaban
a.  Menggantungkan alat di tengah ruang
b.  Membiarkan sekitar 10 – 15 menit
c.   Mencatat suhu dan kelembaban yang tertera pada thermohigrometer
d.  Mengulangi 2 – 3 kali

3.    Pengukuran pencahayaan
a.  Menentukan titik pengambilan sample, jarak dari dinding pemantul minimal 1 meter
b.  Meletakkan atau memegang alat dengan ketinggian 1 – 1,2 meter
c.   Mengarahkan receptor pada sumber cahaya
d.  Menghidupkan dengan menggeser tombol On/Of
e.  Mengatur range sesuai dengan kuat cahaya
f.    Mencatat angka yang muncul pada display
g.  Mengulangi 3 kali pada setiap titik

4.    Inspeksi sanitasi
a.    Mengisi formulir inspeksi sanitasi
b.    Industri dinyatakan memenuhi persyaratan (MS) kesehatan lingkungan apabila memperoleh skore hasil pemeriksaan kesehatan lingkungan sekurang-kurangnya 80% dengan perolehan skore minimal pada masing-masing variabel upaya sebagai berikut:
Tabel 2. Skore persyaratan inspeksi sanitasi
No.
VARIABEL UPAYA
SKORE MINIMAL (%)
I
Lingkungan luar/halaman
60
II
Ruang bangunan
60
III
Penyehatan air bersih
80
IV
Penyehatan udara ruang
70
V
Pengelolaan sampah & limbah
70
VI
Pencahayaan
60
VII
Kebisingan pada ruang kerja
100
VIII
Getaran di ruang kerja
100
IX
Radiasi di ruang kerja
75
X
Pengendalian vektor penyakit
80
XI
Instalasi
70
XII
Pemeliharaan toilet
50

BAB III
                               HASIL PRAKTIK DAN PEMBAHASAN      
A.   HASIL
Industri Jamu Tradisional DR. SARDJITO ( CALCUSOL)
Calcusol adalah industri jamu tradisional yang didirikan oleh Prof Dr M. Sardjito, MPH. Calcusol merupakan salah satu peninggalan yang sangat berharga bagi kemanusiaan dari Prof Dr M. Sardjito, MPH, yaitu obat sakit batu ginjal yang diberi nama Calcusol, obat tersebut merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beliau mulai tahun 1949 sampai beliau tutup usia pada tahun 1970.
Tempat produksi Calcusol ada 2 yaitu di Tawangmangu yang terdapat tanaman-tanaman obat sebagai bahan dasar yang dilakukan proses awal. Tempat produksi kedua adalah kediaman almarhum Prof Dr M. Sardjito, MPH yang terletak di Jl. Cik Ditiro No. 16 Yogyakarta. Di Yogyakarta dilakukan proses pengkapsulan.
Capsul Calcusol ini terdiri dari decoctum yang terbuat dari daun-daun Sonchus Arvensis L, lain dari ramuan daun kumis kucing, kejebeling dan lain sebagainya, dan kapsul ini tidak menyebabkan side-effects.
Penyempurnaan dari hasil penemuan beliau ini sampai menjadi capsule adalah berkat penelitian beliau di Paris (Perancis) pada tahun 1968, di mana secara laboratorium telah dapat dipastikan bahwa daya melarutkan/menghancurkan calcusol adalah lebih cepat daripada obat lain, yang mempunyai daya menghancurkan batu ginjal hingga si penderita tidak perlu dioperasi dan ternyata 90% berhasil, tergantung batu itu sendiri dari elemen-elemen apa. Disamping melarutkan dan mencegah terkumpulnya elemen yang akan membentuk batu ginjal serta menghilangkan rasa pegal di pinggang dan sakit anyang-anyangan (dysuria).
Yang mendorong beliau untuk meneliti khasiat dari daun-daun itu, adalah penyakit ginjal yang diderita istri beliau, pada tahun clash II tahun 1948, istreri beliau adalah penderita kencing batu yang sudah kronis dan tiap dua bulan kumat lagi. Karena obat-obatan sulit pada waktu itu, maka beliau tanpa putus asa mencari daun-daun yang bisa dipakai untuk keperluan tersebut, yaitu daun kumis kucing dan meniran, tapi sayang daun-daun itu tidak ada.
Kebetulan sekali pak Haji tabib dari Sendang  mempunyai atlas Ny. Kloppenburg Versteegh yang berisi gambar-gambar tanaman jamu-jamuan. Sebagai obat kencing batu di situlah dicantumkan Strobilantus sp. Mulailah beliau mencari di halaman rumahnya, kebetulan beliau menemukan tanaman yang daunnya berbentuk roket, tapi beliau belum dapat memastikan Strobilantus sp.atau bukan, mengingat tanaman tersebut belum berbunga. Dari tanaman itu dibuatnya dekok atau godokan jamu dan diminumkan kepada isteri beliau, hasilnya memuaskan. Tanaman itu lalu dipelihara dengan baik. Dibawa pindah-pindah dan ditanam ulang, beberapa helai daun yang telah dijemur kering dibawa kalau bepergian kemana-mana, malah sewaktu keliling dunia. Tiap kali dibutuhkan daun itu digodok.
Produk industri jamu tradisional Calcusol tidak hanya Calcusol yang dapat meluruhkan batu ginjal akan tetapi juga memproduksi produk lain diantaranya adalah Calterol yang berfungsi membantu mengurangi lemak darah dan Calhaid yang berfungsi membantu melancarkan dan meredakan nyeri pada saat haid.
Obat-obatan tersebut berbahan dasar tanaman-tanaman obat. Tanaman obat tersebut terdapat di tawangmangu yang dilakukan proses awal di sana/proses simplisian. Daun diambil sebelum berbunga karena kualitasnya masih bagus. Untuk daun tempuyung usia pemetikan 40 hari sampai 3 bulan.
Di tempat produksi Yogyakarta terdapat 40 karyawan, pria 10 orang dan wanita 30 orang. Tempat tersebut sebagai pengkapsulan.
Limbah yang dihasilkan di tempat produksi Yogyakarta adalah plastik dan kertas, hasil ekstraksi yang berupa ampas dapat digunakan untuk pupuk sudah ada orang yang mengambili sebelum 3hari karena apabila lebih dari 3 hari maka akan busuk, dan air bekas cucian-cucian.

Denah industri Jamu Traditional Calcusol
Gambar 1. R. bawah industri Jamu Traditional Calcusol
Gudang
R. istirahat karyawan
Kamar mandi
Gudang
R. peralatan
Tempat cuci dan sterilisasi alat
Gudang kapsul kosong
R. pengapsulan Mesin
Resepsionis
R. pengapsulan manual


Up Arrow: INUp Arrow: UTARA
 




















Gambar 2. R. Atas Industri Jamu Traditional Calcusol

R. penggilingan serbuk kristal
R. pengkristalan dan pengovenan
R. penyimpanan serbuk ekstrak jamu
R. Sterilasi alat dan pencucian





Up Arrow: UTARA


Up Arrow: Tangga

 























a.  Bagan alir produksi
Gambar 3. Bagan alir produksi Calcusol
·           Produksi Di Tawang Mangu
Tanaman obat
        
Pengeringan (dijemur)

Penggilingan  (menggunakan mesin)
        
Pengepakan
        
Pengiriman










·         Di Yogyakarta
Ekstraksi
                    
Pengkristalan
     
Penggilingan (menggunakan mesin)
 

Oven

                 Pengkapsulan (manual)
                           
                 Pengemasan

                 Pemasaran






b.  Titik kritis bahaya
Untuk produk terletak pada pengkapsulan dan pengemasan. Karena ,apabila tangan karyawan tidak steril maka kapsul akan terkontaminasi. Maka karyawan diwajibkan memakai sarung tangan. Dan hal ini ,sudah dilakukan pada karyawan perusahaan obat Calcusol.
Bagi keselamatan pekerja kebisingan pada mesin penggilingan yang ada di Tawangmangu karena mesin lebih besar dari pada yang ada di Yogyakarta.

c.    Hasil ukur
1)    Pencahayaan
Titik 1 : 256,3 Lux; 215,1 Lux ; 222,6 Lux
Titik 2 : 159,7 Lux; 121,6 Lux; 215,0 Lux
Titik 3 : 159,0 Lux; 159,1 Lux; 295,5 Lux
Titik 4 : 226,6 Lux; 216,3 Lux; 225,0 Lux
Titik 5 : 315,2 Lux;451,2 Lux; 225,0 Lux
Rata-rata :
244,18 Lux

2)    Suhu dan kelembaban
Untuk pengkristan
Suhu : 32ºC
Kelembaban : 50%
Untuk pengkapsulan
Suhu : 28ºC
Kelembaban : 71,5%
Dalam proses pengkapsulan dibutuhkan suhu yang rendah karena kapsul akan meleleh pada suhu yang tinggi. Maka tempat pengkapsulan diberi mesin pendinginan yaitu AC.
3)    Kebisingan
Tabel 3. pengukuran kebisingan Industri Jamu Tradisional Calcusol Bis-1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
74,9
74,1
78,5
74,3
76,2
75,0
79,2
76,3
73,6
74,4
2
74,2
78,4
74,5
74,7
75,7
80,6
73,7
80,0
78,7
80,9
3
81,5
83,0
80,0
79,1
79,8
79,7
79,2
79,2
78,4
75,8
4
74,5
75,6
81,7
76,5
68,2
68,3
71,0
63,4
64,0
60,0
5
61,0
65,0
73,5
78,0
76,7
77,0
68,0
79,2
75,0
71,0
6
60,1
62,0
63,0
72,1
77,5
76,0
78,0
70,7
72,0
71,0
7
63,0
65,1
61,1
66,0
75,0
74,5
71,0
65,0
61,7
66,0
8
66,0
67,1
63,1
60,2
62,3
63,6
65,5
66,0
62,1
63,0
9
79,0
74,5
75,1
76,2
72,3
76,0
70,2
63,8
76,6
71,0
10
72,9
74,0
75,5
68,0
69,8
68,9
63,1
69,1
66,3
60,2
11
63,1
68,2
69,0
70,1
75,5
79,8
66,3
62,0
65,0
61,0
12
63,8
64,8
69,0
67,0
65,0
66,0
64,0
62,1
60,1
66,6

Tabel 4. Formulir bis 2 kebisingan calcusol
KELAS INTERVAL
JUMLAH
PROSEN
JUMLAH KOMULATIF
PROSEN KOMULATIF
30-34




35-39




40-44




45-49




50-54




55-59




60-64
30
25%
30
25%
65-69
25
20,83%
55
45,83%
70-74
26
21,66%
81
67,49%
75-79
33
27,5%
114
94,99%
80-84
6
5%
120
99,99%
85-89




90-94




95-99




100-104




105-109




110-114





                                P1    
            L  = X + ( ----------- ) C
                                                                P1 + P2

                                   7   
         L  = 75 + ( ----------- ) 5
                                                                   7 + 27

                           L = 75 + 1,02= 76,02 dB






4)    Inspeksi sanitasi
                                    I.        Lingkungan luar halaman  Layak sehat
                                  II.        Ruang bangunan  Layak sehat
                                 III.        Penyehatan air bersih  Layak sehat
                                IV.        Penyehatan udara ruang  Layak ssehat
                                 V.        Pengelolaan limbah  Layak sehat
                                VI.        Pencahayaan  Layak sehat
                               VII.        Kebisingan pada ruang kerja  Layak sehat
                             VIII.        Getaran di ruang kerja  Layak sehat
                                IX.        Radiasi di ruang kerja  Layak sehat
                                 X.        Pengendalian vektor penyakit  Layak sehat
                                XI.        Instalasi  Layak sehat
                               XII.        Pemeliharaan toilet  Layak sehat

Total         Layak sehat
Perincian ada pada lampiran
Industri Las Bubut (PIRUS)
Perusahaan industri las bubut (Pirus) milik Bapak Siswanto berdiri tahun 1950. Industri tersebut terletak di Terban GK V/334 Yogyakarta. Jamlah karyawan ada 9 orang terdiri dari pria 7 orang dan wanita 2 orang. Industri ini bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore.
Las bubut adalah industri yang membuat berakeka ragam suku cadang mesin yang terbuat dari besi, baja, kuningan, nilon dengan alat khusus.

a.    Gambar 4.  Denah R. Industri Las Bubut (PIRUS)
R. finishing
R. penyimpanan
R. Administrasi
R. Produksi
R. workshop






Down Arrow: IN

Up Arrow: UTARA

 











b.    Bagan alir produksi
Membuat beraneka ragam suku cadang mesin yang terbuat dari besi, baja, kuningan, nilon. Pengeboran dengan alat yang ada, membuat ulir, mengelas, dll.
c.    Titik kritis bahaya
Pada karyawan adalah debu terhirup oleh pernafasan pada saat pengeboran. Karyawan seharusnya memakai alat pelinding diri berupa masker.

d.    Hasil ukur
1)    Pencahayaan
Titik 1 =135,33 Lux ;121,1 Lux ;114,7 Lux
Titik 2 =76,4 Lux ;98,7 Lux ;83,4 Lux
Titik 3 =314,7 Lux ;193,9 Lux ;168,7 Lux
Titik 4 =492 Lux ;555 Lux ;419 Lux
Titik 5 =59,1 Lux ;73,1 Lux ;64,3 Lux
Rata-rata : 197,75 Lux

2)    Suhu dan kelembaban
Suhu = 35ºC
Kelembaban =36%


3)    Kebisingan
Tabel 5. formulir Bis-1 kebisingan Industri Las Bubut (PIRUS)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
68,2
72,0
70,1
73,4
78,6
72,2
54,7
64,3
79,0
71,0
2
74,4
73,8
60,2
67,8
62,3
73,7
71,9
54,3
72,8
73,2
3
65,5
75,4
72,2
68,7
72,6
62,3
72,8
73,6
74,0
73,2
4
79,8
75,5
76,4
77.6
79,5
78,2
80,2
67,9
80,7
70,6
5
79,9
74,8
69,3
70,4
74,2
75,1
73,2
69,6
74,3
70,0
6
72,7
74,6
70,4
68,4
74,4
69,0
69,1
74,1
70,7
78,7
7
75,0
70,1
68,9
74,9
71,2
68,8
74,7
71,7
69,0
69,8
8
70,2
70,3
69,8
69,6
71,6
69,6
70,0
69,8
70,4
72,2
9
69,2
69,9
68,6
69,8
69,8
69,9
69,2
69,0
69,7
70,0
10
69,9
70,7
70,8
70,4
70,2
74,3
69,2
71,3
69,3
69,4
11
68,6
69,5
77,5
72,4
70,4
69,6
74,5
70,0
71,5
79,7
12
70,2
69,7
75,3
70,6
70,5
70,7
75,5
70,0
74,9
74,8



Tabel 6. Formulir Bis-2 kebisingan pirus
KLAS INTERVAL
JUMLAH
PROSEN
JUMLAH KOMULATIF
PROSEN KOMULATIF
30-34




35-39




40-44




45-49




50-54
1
0,83%
1
0,83%
55-59
1
0,83%
2
1,66%
60-64
4
3,33%
6
4,99%
65-69
34
28,33%
40
33,32%
70-74
58
48,33%
98
81,65%
75-79
19
15,83%
117
97,48%
80-84
3
2,5%
120
99,98%
85-89




90-94




95-99




100-104




105-109




110-114





                               P1    
         L  = X + ( ----------- ) C
                                                                P1 + P2

                               24    
         L  = 70 + ( ----------- ) 5
                                                               24 + 39

                                            L   =70  + 1,44=71,44 dB
                                           

4)    Inspeksi sanitasi
                            I.        Lingkungan luar halaman  Layak sehat
                          II.        Ruang bangunan  Tidak layak sehat
                         III.        Penyehatan air bersih  Layak sehat
                        IV.        Penyehatan udara ruang  Tidak layak sehat
                         V.        Pengelolaan limbah  Layak sehat
                        VI.        Pencahayaan  layak sehat
                       VII.        Kebisingan pada ruang kerja  Layak sehat
                     VIII.        Getaran di ruang kerja  Layak sehat
                        IX.        Radiasi di ruang kerja  Tidak layak sehat
                         X.        Pengendalian vektor penyakit  Tidak layak sehat
                        XI.        Instalasi  Tidak layak sehat
                       XII.        Pemeliharaan toilet  Layak sehat

Total   Tidak layak sehat

Perincian ada pada lampiran












Konveksi (Roni Taylor)
Konveksi adalah perusahaan menjahit kain menjadi pakaian jadi. Konveksi Rony Taylor milik Bp. Wasto terletak di Jl. Sagan Utara GK V/449 Yogyakarta. Produk utama berupa jahitan dan produk ikutan berupa Loundry. Jumlah karyawan ada 5 orang yang terdiri dari pria 4 orang dan wanita 1 orang.

a.    Gambar 5. Denah R. industri Rony Taylor

Alat
jahit
Alat
jahit

Almari



Up Arrow:       UTARA
 


                                                                            







b.    Bagan alir produksi
Menjahit kain menjadi pakaian jadi


c.    Titik kritis bahaya
Pada karyawan adalah konveksi merupakan industri yang membutuhkan ketelitian. Maka pencahayaannya harus memenuhi syarat, apabila pencahayaan tidak memenuhi syarat maka dapat mengakibatkan mata sakit.

d.    Hasil ukur
1)    Pencahayaan
Titik 1 =441 Lux ;317,5 Lux ;232,5 Lux
Titik 2 =382,9 Lux ;309,8 Lux ;326,5 Lux
Titik 3 =229,8 Lux ;239,2 Lux ;225 Lux
Titik 4 =235,7 Lux ;201,5 Lux ;249,2 Lux
Titik 5 =339,0 Lux ;230,5 Lux ;204,2 Lux
Rata-rata :
277,618 Lux

2)    Suhu dan kelembaban
                       Suhu =35ºC
                       Kelembaban =36%




3)    kebisingan
Tabel 7. formulir kebisingan Konveksi Roni Tailor Bis-1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
62,0
64,0
70,0
78,0
74,0
75,0
62,0
64,7
62,0
71,2
2
73,3
70,4
69,8
74,9
67,8
75,7
87,0
66,0
64,8
69,3
3
75,1
72,5
64,2
68,4
70,7
76,7
75,1
77,7
72,3
66,6
4
61,9
67,1
73,9
65,0
61,7
78,4
63,2
61,8
65,6
76,4
5
64,5
76,7
63,0
70,7
69,7
71,8
69,3
67,3
68,8
71,3
6
70,8
69,7
71,5
71,1
72,0
74,6
76,6
75,4
69,0
67,7
7
65,3
74,8
73,7
75,4
73,3
75,0
70,9
72,0
79,1
78,5
8
76,0
71,9
63,0
64,8
82,9
77,1
61,8
62,5
81,7
79,8
9
76,8
70,2
70,4
74,3
75,3
77,3
70,8
71,1
63,6
80,0
10
79,2
74,6
73,0
62,6
76,2
71,3
78,0
59,2
62,5
65,6
11
65,1
72,0
67,0
69,2
74,1
68,9
77,7
81,1
62,1
70,6
12
68,7
75,5
84,9
66,5
68,4
64,2
69,2
61,8
72,6
74,2



Tabel 8. formulir kebisingan Konveksi Roni Tailor Bis-2
KLAS INTERVAL
JUMLAH
PROSEN
JUMLAH KOMULATIF
PROSEN KOMULATIF
30-34




35-39




40-44




45-49




50-54




55-59
3
2,5%
3
2,5%
60-64
22
18,33%
25
20,83%
65-69
26
21,66%
51
42,49%
70-74
37
30,83%
88
73,32%
75-79
28
23,33%
116
96,65%
80-84
4
3,33%
120
99,98%
85-89




90-94




95-99




100-104




105-109




110-114




                     
                              P1    
         L  = X + ( ----------- ) C
                                                                P1 + P2

                               11    
         L  = 70 + ( ----------- ) 5
                                                                11 + 9
                                  L   =70 +2,75=72,75 dB
                       
4)  Inspeksi sanitasi
                          I.        Lingkungan luar halaman  Tidak layak sehat
                         II.        Ruang bangunan  Layak sehat
                       III.        Penyehatan air bersih  Layak sehat
                      IV.        Penyehatan udara ruang  Tidak layak sehat
                        V.        Pengelolaan limbah  Tidak layak sehat
                      VI.        Pencahayaan  Tidak Layak sehat
                     VII.        Kebisingan pada ruang kerja  Layak sehat
                    VIII.        Getaran di ruang kerja  Layak sehat
                      IX.        Radiasi di ruang kerja  Tidak layak sehat
                        X.        Pengendalian vektor penyakit  Layak sehat
                      XI.        Instalasi  Tidak layak sehat
                     XII.        Pemeliharaan toilet  Layak sehat
Total   Tidak layak sehat

                      Perincian ada pada lampiran.

B.   PEMBAHASAN
1.    Perusahaan Jamu Tradisional (CALCUSOL)
a.    Pencahayaan
          Pada pangukuran pencahayaan di Industri Jamu Tradisional Calcusol diperoleh pengukuran sebesar 244,18 Lux. Hal ini sudah memenuhi standar pencahayaan di ruang kerja. Pada PERMEN PERBURUHAN NO.7/1964 Psl.14 Calcusol tergolong industri yang membutuhkan penerangan untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil yang agak teliti standar minimalnya 200 Lux (20 fc. Candles). Penerangan pada industri ini sangat dibutuhkan pada saat pengkapsulan secara manual karena membutuhkan ketelitian.

b.    Suhu dan kelembaban
          Pada pengukuran suhu dan kelembaban di Industri Jamu Tradisional Calcusol diperoleh pengukuran pada ruang pengkristalan suhu sebesar 32ºC dan kelembaban sebesar 50%.
          Pada ruang pengkapsulan suhu sebesar 28ºC dan Kelembaban sebesar 71.5%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 405/Menkes/SK/XI/2002 Calcusol sudah memenuhi standar karena standar suhu adalah maksimal 32ºC. Suhu lingkungan yang selalu tinggi atau lebih dari 32ºC menyebabkan meningkatnya beban psikis (stress) sehingga akhirnya menurunkan konsentasi dan presepsi kontrol terhadap lingkungan kerja yang selanjutnya menurunkan prestasi kerja. Suhu pada ruang pengkristalan memeng tergolong tinggi karena pada ruangan ini terdapat oven yang mempengaruhi ruangan menjadi suhu tinggi. Hal ini tidak menjadi masalah karena ruangan yang harus membutuhkan kenyamanan pada ruang pengkapsulan.


c.    Kebisingan
          Pada pengukuran kebisingan pada industri Jamu Tradisional Calcusol diperoleh nilai kebisingan sebesar 76,02 dB. Pengukuran ini dilakukan pada ruangan pembuatan kapsul dalam keadaan mesin dihidupkan.
          Menurut : KepMenKes No.405/Menkes/SK/XI/2002 kebisingan tidak boleh lebih dari 80 dB dan industri Calcusol sudah memenuhi baku mutu kebisingan.

d.    Inspeksi sanitasi
          Industri Jamu Tradisional Calcusol semua unsur-unsur inspeksi sanitasi sudah dikatakan layak sehat.

2.    Industri Las Bubut (PIRUS)
a.    Pencahayaan
          Pada pangukuran pencahayaan di Industri Las Bubut Pirus diperoleh pengukuran sebesar 197,75 Lux. Hal ini belum memenuhi standar pencahayaan di ruang kerja. Pada PERMEN PERBURUHAN NO.7/1964 Psl.14 Pirus tergolong industri yang membutuhkan penerangan untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil yang agak teliti standar minimalnya 200 Lux (20 fc. Candles). Penerangan pada industri ini sangat dibutuhkan pada saat pembuatan ulir karena membutuhkan ketelitian. Pengukuran pencahayaan ini dilakukan pada saat siang menjelang sore dalam keadaan langit yang mendung dan lampu tidak dihidupkan.

b.    Suhu dan kelembaban
          Pada pengukuran suhu dan kelembaban di Industri Las Bubut Pirus didapat hasil suhu sebesar 35ºC Kelembaban 36%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:405/Menkes/SK/XI/2002 Pirus belum memenuhi standar karena standar suhu adalah maksimal 32ºC. Suhu lingkungan yang selalu tinggi atau lebuh dari 32ºC menyebabkan meningkatnya beban psikis (stress) sehingga akhirnya menurunkan konsentasi dan presepsi kontrol terhadap lingkungan kerja yang selanjutnya menurunkan prestasi kerja.

c.    Kebisingan
          Pada pengukuran kebisingan pada industri Las Bubut Pirus diperoleh nilai kebisingan sebesar 71,44 dB. Pengukuran ini dilakukan pada ruangan kerja.
Menurut : KepMenKes No.405/Menkes/SK/XI/2002 kebisingan tidak boleh lebih dari 80 dB dan industri Pirus  sudah memenuhi baku mutu kebisingan.

d.    Inspeksi Sanitasi
          Pada inspeksi sanitasi Industri Las Bubut Pirus Industri ini dikatakan masih belum layak karena ketentuan nilai kelayakan sebesar 80%. Aspek aspek yang dikatakan tidak layak adalah ruang bangunan, penyehatan udara ruang, pencahayaan, radiasi di ruang kerja, pengendalian vektor penyakit, instalasi. Aspek-aspek yang sudah layak antara lain adalah lingkungan luar halaman, penyehatan air bersih, pengelolaan limbah, kebisingan pada ruang kerja, getaran di ruang kerja, dan pemeliharaan toilet.

3.    Konveksi (Roni Taylor)
a.    Pencahayaan
          Pada pangukuran pencahayaan di Industri Konveksi Roni Taylor diperoleh pengukuran sebesar 277,618 Lux. Hal ini sudah memenuhi standar pencahayaan di ruang kerja. Pada PERMEN PERBURUHAN NO.7/1964 Psl.14 Konveksi tergolong industri yang membutuhkan penerangan untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil yang agak teliti standar minimalnya 200 Lux (20 fc. Candles). Penerangan pada industri ini sangat dibutuhkan pada saat memasukkan benang dan menjahit. Pengukuran ini dilakukan pada siang hari. Pengukuran pencahayaan ini diperoleh pada saat siang hari. Padahal jam kerja sampai jam 10 malam. Pada malam hari pencahayaan menggunakan penerangan berupa lampu untuk bekerja.

b.    Suhu dan Kelembaban
          Pada pengukuran suhu dan kelembaban di Industri Konveksi Roni Taylor didapat hasil suhu sebesar35ºC Kelembaban 36%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:405/Menkes/SK/XI/2002 Roni taylor belum memenuhi standar karena standar suhu adalah maksimal 32ºC. Suhu lingkungan yang selalu tinggi atau lebuh dari 32ºC menyebabkan meningkatnya beban psikis (stress) sehingga akhirnya menurunkan konsentasi dan presepsi kontrol terhadap lingkungan kerja yang selanjutnya menurunkan prestasi kerja. Karena di Industri Konveksi Roni Taylor tidak terdapat ventilasi. Udara masuk hanya melalui pintu depan yang lebar. Akan tetapi, di industri ini sudah terdapat kipas angin.
c.    Kebisingan
          Pada pengukuran kebisingan pada industri Konveksi Roni Taylor diperoleh nilai kebisingan sebesar 72,75 dB. Pengukuran ini dilakukan pada ruangan kerja.
Menurut : KepMenKes No.405/Menkes/SK/XI/2002 kebisingan tidak boleh lebih dari 80 dB dan industri Konveksi Roni Taylor  sudah memenuhi baku mutu kebisingan.

d.    Inspeksi Sanitasi
          Pada inspeksi sanitasi Industri Konveksi Roni Taylor Industri ini dikatakan masih belum layak karena ketentuan nilai kelayakan sebesar 80%. Aspek-aspek yang belum layak antara lain adalah lingkungan luar halaman, penyehatan udara ruang, pengelolaan limbah, pencahayaan, radiasi di ruang kerja, dan instalasi. Aspek-aspek yang sudah layak sehat antara lain adalah ruang bangunan, penyediaan air bersih, kebisingan pada ruang kerja, getaran di ruang kerja, pengendalian vektor penyakit, dan pemeliharaan toilet.











BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   KESIMPULAN
1.    Perusahaan Jamu Tradisional (CALCUSOL)
                Pada industri Jamu Tradisional (CALCUSOL) semua pengukuran dan hasil inspeksi sanitasinya sudah memenuhi ketentuan baku mutu dan dikatakan sudah layak sehat. Maka, sudah tidak perlu saran lagi.

2.    Industri Las Bubut (PIRUS)
                Pada indusri Las Bubut (PIRUS) hasil pengukuran dan inspeksi sanitasi yang belum memenuhi standar dan belum dikatakan layak sehat adalah
a.    Pencahayaan
b.    Suhu dan kelembaban
c.    Inspeksi sanitasi
Ruang bangunan, penyehatan udara ruang, pencahayaan, radiasi di ruang kerja, pengendalian vektor penyakit, dan instalasi

5.    Industri Konveksi (RONI TAYLOR)
                Pada Industri Konveksi (RONI TAYLOR) hasil pengukuran dan inspeksi sanitasi yang belum memenuhi standar dan belum dikatakan layak sehat adalah
a.    Suhu dan kelembaban
b.    Inspeksi sanitasi
Lingkungan luar halaman, penyehatan udara ruang, instalasi

B.   SARAN
1.  Jamu Tradisional (CALCUSOL)
Sudah tidak perlu saran

2.  Industri Las Bubut (PIRUS)
a.    Perusahaan Pada saat keadaan mendung sebaiknya lampu dinyalakan
b.    Untuk suhu tinggi, bisa ditambah kipas angin, kepada para karyawan disarankan untuk banyak minum air putih disediakan galon dan dispenser di tempat kerja
c.    Memperbaiki ruang bangunan
d.    Memperkecil paparan radiasi di ruang kerja, dengan cara adanya hari  libur
e.    Memberantas vektor penyakit (tikus)
f.     Memperbaiki instalasi listrik untuk lampu yang harus terang, memperbaiki bangunan
g.    Karyawan disarankan menggunakan alat pelindung diri kacamata dan masker


3.  Industri Konveksi (RONI TAYLOR)
a.    Untuk suhu tinggi disarankan menambah ventilasi, dan untuk karyawan disarankan untuk banyak minum air putih disediakan galon dan dispenser di tempat kerja
b.    Lingkungan luar halaman tidak ada hanya di pinggir jalan. Sarannya adalah, menambah tanaman di pinggir-pinggir tempat industri.
c.    Untuk pengelolaan limbah, sebaiknya potongan-potongan kain dimanfaatkan kembali tidak dibuang.
d.    Pencahayaan lampu di malam hari, menggunakan lampu yang terang
e.    Memperkecil paparan radiasi di ruang kerja, dengan cara adanya hari libur
f.     Memperbaiki instalasi bangunan dilengkapi ventilasi




                                                             
DAFTAR PUSTAKA
Kepmenkes, 2002
Permen Perburuhan No.7/1964/Psl.14
KepMenKes No.405/Menkes/SK/XI/2002
Suma`mur, 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Gunung Agung
Notoatmojo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta.















LAMPIRAN-LAMPIRAN
JADWAL KEGIATAN
Dilaksanakan hari Kamis, 27 Oktober 2011
10.00-12.00 WIB di Calcusol
12.15-13.20 WIB di Roni Taylor
14.00-15.00 WIB di Pirus
















Kampus UGM
2
1
Computa
Kampus UII
R.S. Mata YAP
BRI
RS. PANTI RAPIH
Indraloka Home Stay
Asrama Mahasiswa Aceh
3
Bengkel Tresno



Up Arrow: UTARA
 

Gambar 6. LOKASI INDUSTRI














                                                                                      Keterangan :
1.    CALCUSOL
2.    PIRUS
3.    RONI TAYLOR